wali songo



Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para Walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam,perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.


Metode – metode wali songo terhadap peranan menyebarkan agama islam di pulau jawa

1. Sunan Gresik

Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, Wafat di gresik, 12 rabiul awal 822 (8 april 1419). Metode yang Beliau gunakan dalam menyebarkan agama islam yaitu dengan membuka warung untuk berjualan kebutuhan sehari-hari dengan murah, juga mengadakan pengobatan gratis. Beliau juga membangun masjid dan pondok pesantren di susun pesucian, sekitar 9 km utara kota Gresik pada tahun 801 H (1392 M).


2. Sunan Ampel

Nama Aslinya adalah Raden Rahmat istrinya adalah seorang putri tuan yang bernama Nyai Agung Manila dari pernikahan itu beliau mempunyai 4 orang anak dan 2 diantaranya adalah sunan yang tergabung dalam wali songo. Metode yang Beliau gunakan dalam menyebarkan agama islam yaitu mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya. 
Di pesantren ini lah beliau mendidik para pemuda islam yang menjadi tenaga da’I yang akan di sebar luaskan keseluruh jawa. Sunan Ampel mempunyai ajaran yang terkenal dengan sebutan “MOLIMO” dari kata “Mo” adalah tidak dan “Limo” adalah lima perkara jadi arti dari “MOLIMO” adalah Tidak melakukan 5 perkara yang dilarang yaitu: 
[1.]Emoh Main (tidak mau main judi) 
[2.]Emoh Nyumbi (tidak mau minum-minuman keras) 
[3.]Emoh Madat (tidak mau mengganja) 
[4.]Emoh Maling (tidak mau mencuri) 
[5.]Emoh Madon (tidak mau berzina)

3. Sunan Giri

Nama Aslinya adalah Raden Paku, dikenal juga dengan sebutan Prabu satmata, kadang-kadang disebut juga dengan sultan Abdul Fakih, disebut sebagai sunan giri karena beliau membangun pesantren di dekat sebuah gunung yaitu gunung giri dan berdakwah disana sampai akhir hayatnya dan dimakamkan disana. Metode yang beliau gunakan dalam mendidik para santri dengan berjiwa demokratis yaitu dengan berbagai permainan misalnya jelungan, jamuran, gendi ferit, jor, gula ganti, cublak-cublak suweng, ilir-ilir, dan sebagainya. Beliau juga dipandang sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap jalannya roda kesultanan demak bintiro.

4. Sunan Bonang

Dikenal sebagai Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Raden Ibrahim. Beliau menikah dengan dengan Dewi Hiroh, beliau memperoleh seorang putrid yang bernama Dewi Rukhil yang di persunting oleh sunan kudus. Metode yang beliau gunakan dalam menyebarkan agama islam yaitu dengan mendirikan masjid Sangkal Dhaha, dan beliau mengganti nama-nama dewa menjadi nama-nama malaikat dalam islam, mengingat orang hindu gemar memainkan seni gamelan maka beliau menamhkan dengan instrument bonang, dan lirik-lirik yang beliau ciptakan  sarat akan nilai-nilai ketuhanan.

5. Sunan Drajat

Nama Aslinya adlah Masih Munat atau Raden atau Syarifuddin. Beliau adalah anak dari Sunan Ampel yang kedua, setelah menguasi pelajaran dari ayah nya, beliau mendirikan padepokan santri Dalem Duwur di lamongan, di daeran ini lah beliau memgang kendali kerajaan di wilyah drajat.
Hal yang paling menonjol darlam dakwah sunan drajat adalah perhatiannya yang sangat serius pada masalah-masalah social. Beliau terkenal mempunyai jiwa sosial dan teman-teman dakwahnya sekaku berorientasi pada kegotongroyong. Beliau selalu memberi pertolongan kepada umum, menyantuni anak yatim, dan fakir miskin sebagai suatu proyek sosial yang dianjurkan dalam agama islam

6. Sunan Gunung Djati

Nama Aslinya adalah Syarif Hidatullah. Beliau lah pendiri dinastri raja-raja Cirebon dan Banten. Sunan gunung djati adalah cucu dari raja pajajaran yaitu Prabu Siliwangi. Beliau adalah salah seorang wali sono yang mendapat penghormatan dari raja-raja lain di jawa. Karena kedudukan nya sebagai raja dan ulama, beliau di beri gelar raja pandita. Metode yang di gunakan oleh sunan gunung djati adalah menggembangkan agama islam ke daerah-daerah lain di jawa barat. Dengan kedudukan nya sebagai raja, dan beliau metelakan dasar bagi pengembangan islam dan pedagang orang-orang islam .

7. Sunan Kudus

Nama Aslinya adalah Ja’far Saqid, tetapi sewaktu kecil sering di panggil Raden indung, kadang beliau di panggildengan Raden Amir Haji. Sunan kudus adalah putra Raden Usman Haji. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang ilmu agama, oleh sebab itu beliau dijuluki al-‘alim, Disamping menjadi juru dakwah sunan kudus juga menjadi panglima perang Kesultanan Demak Bintoro yang tangguh. Metode yang digunakan oleh beliau dalam berdakwah adalah mendirikan masjid dan dinamakan Masjid Kudus, dalam menyiarkan islam sunan kudus tidak menghilangkan budaya hindu, dan beliau juga mengarang cerita-cerita mengarang bernafaskan islamsebagai pendukung dakwah.

8. Sunan Kalijaga

Nama Kalijaga konon berasal dari rangkaian bahasa Arab “Qodizaka” yang berarti pelaksana dan menbersihkan, dan menurut ejaan menjadi “kalijaga” yang adrtinya pemimpin atau pelaksana yang menegakkan kebersihan dan kesucian. Nama kecilnya adalah Raden Mas Syaid, dalam berdakwah sunan kalijaga dari satu daerah ke daerah lain. 
Karena system dakwahnya intelek dan actual, maka para bamgsawan dan cendekiawan sangat simpati terhadapnya, demikian juga lampisan masyarakat awam bahkan pengusaha, dalam metode dakwahnya kepercayaan pada adat istiadat setempat tidak ditenyan begitu saja, bahkan beliau jadikan sebagai sarana dakwah.

9. Sunan Muria

Nama aslinya adalah Raden Umar Said, sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Ciri khas sunan muria dalam upaya menyiarkan agama islam adalah menjadikan desa-desa terpencil sebagai tempat berdakwahnya. Beliau lebih suka menyendiri dan bertempat tinggal didesa dan bergaul dengan rakyat luasa. Metode yang digunakan dalam menyiarkan agama islam beliau adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa. Beliau juga menciptakan tambang dakwah sinom dan kinanti.

Share on Google Plus

About tirouti it

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment